KAKEHANG | AMBON – SD Negeri 84 Ambon sukses menggelar kegiatan Pentas Seni dan Penutupan Tahun Ajaran 2024/2025 pada Senin (23/6), di aula sekolah dengan nuansa penuh semangat dan warna budaya. Mengangkat tema “Menampilkan Pertunjukan Seni yang Terkait dengan Kearifan Lokal dan Gaya Hidup Berkelanjutan untuk Mewujudkan Masa Depan,” kegiatan ini menjadi ruang ekspresi bagi siswa-siswi dalam menampilkan bakat seni yang berakar pada budaya lokal.
Kepala Sekolah Emilda Kafroli, S.Pd., menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari penguatan karakter peserta didik, membentuk kepercayaan diri, dan memperkenalkan nilai-nilai kearifan lokal sebagai bagian dari proses pendidikan holistik.
“Ini adalah wadah membentuk karakter dan kreativitas sejak dini. Anak-anak kita perlu dibiasakan untuk tampil, mengekspresikan diri, dan mencintai budayanya. Lewat seni, mereka belajar percaya diri dan mengenal identitas bangsanya,” tegas Emilda.

Pertunjukan seni yang ditampilkan cukup beragam, mulai dari Tari Cakalele, Tari Pukul Sagu, hingga tarian khas dari Papua dan Maluku Tenggara Barat, menjadi bukti bahwa sekolah ini berkomitmen pada pelestarian budaya dan pengenalan multikulturalisme dalam pendidikan dasar.
“Saya ingin anak-anak tidak hanya mengenal budaya Maluku, tetapi juga budaya dari daerah lain di Nusantara. Ini penting untuk menanamkan rasa bangga sebagai bagian dari Indonesia yang kaya akan keberagaman,” tambah Emilda.
Kegiatan ditutup secara resmi dengan pembagian laporan hasil belajar kepada orang tua, sebagai bentuk transparansi dan evaluasi akhir tahun ajaran.

Turut hadir Pengawas Pembina Gugus II Kecamatan Nusaniwe, J.J. Papilaya, S.Pd., yang memberikan apresiasi tinggi terhadap pelaksanaan kegiatan ini.
“Pentas seni bukan sekadar hiburan. Ini adalah ruang strategis untuk menggali dan mengasah potensi anak-anak kita. Seni adalah bagian dari pendidikan karakter, membangun anak-anak yang cerdas secara intelektual dan emosional,” ujar Papilaya.

Melalui kegiatan seperti ini, SD Negeri 84 Ambon menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya soal akademik, tetapi juga bagaimana membangun generasi muda yang mencintai budayanya, menghargai keberagaman, dan memiliki kesadaran akan pentingnya gaya hidup berkelanjutan.
KAKEHANG mencatat kegiatan ini sebagai contoh konkret bagaimana lembaga pendidikan dasar dapat menjadi motor penggerak pelestarian budaya dan pembentukan karakter generasi penerus bangsa.