KAKEHANG | AMBON
Ketegangan publik yang mencuat akibat pernyataan Wakil Gubernur Maluku, H. Abdullah Vanath, tentang minuman keras tradisional sopi, belakangan mulai mendapat tanggapan menyejukkan dari para tokoh agama dan masyarakat. Salah satunya datang dari Ketua Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Provinsi Maluku, M. Taufik Saimima, yang menyerukan pentingnya menjaga ketenangan dan tidak terpancing provokasi yang bisa memecah persaudaraan.
“Maluku ini tanah para raja, tanah yang diberkati dengan keberagaman dan kedamaian. Jangan biarkan perbedaan pandangan menjauhkan kita dari jati diri sebagai masyarakat yang santun, berbudaya, dan religius,” ujar Saimima dengan tegas namun menyejukkan.
Menurutnya, masyarakat harus mampu melihat pernyataan tokoh publik secara utuh dan tidak terjebak dalam narasi yang dipelintir untuk memancing kegaduhan. Ia menekankan bahwa nilai-nilai lokal dan ajaran agama di Maluku selalu menjunjung tinggi dialog dan sikap tabayun, bukan debat kusir atau fitnah.
“Mari kita hadapi polemik ini dengan hati yang tenang. Kalau ada yang tidak kita pahami, mari bertanya, bukan mencaci. Kalau ada yang terasa salah, mari luruskan dengan hikmah, bukan dengan amarah,” tambahnya.
Saimima juga menyoroti pentingnya literasi sosial dan budaya damai sebagai benteng utama masyarakat Maluku dalam menghadapi dinamika zaman. Menurutnya, keberanian seorang pemimpin untuk menyentuh persoalan sosial seperti sopi justru mencerminkan niat baik dan tanggung jawab moral.
Ia menegaskan bahwa masyarakat harus lebih waspada terhadap upaya penggiringan opini dan kepentingan politik yang bisa merusak kohesi sosial. Di berbagai wilayah, sejumlah tokoh pemuda dan masyarakat mulai menyuarakan sikap serupa—menolak kekerasan, memperkuat persatuan, dan menjaga iklim damai di tanah para raja.
“Maluku bukan tanah untuk menebar kebencian. Ini rumah bersama. Mari jaga dengan hati yang tulus dan kepala yang dingin,” pungkas Saimima.